Sejarah dan Budidaya Bayam
1.1. Sejarah Singkat
Bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah
Amaranthus spp. Kata "amaranth" dalam bahasa Yunani berarti
"everlasting" (abadi). Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik.
Tanaman bayam semula dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan
selanjutnya. Tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber
protein, terutama untuk negara-negara
berkembang. Diduga tanaman bayam masuk ke Indonesia pada abad XIX ketika
lalu lintas perdagangan orang luar negeri masuk ke wilayah Indonesia.
1.2. Sentra Penanaman
Pusat penanaman bayam di Indonesia adalah Jawa Barat (4.273 hektar),
Jawa Tengah (3.479 hektar), dan Jawa Timur (3.022 hektar). Propinsi
lainnya berada pada kisaran luas panen antara 13.0 - 2.376 hektar. Di
Indonesia total luas panen bayam mencapai 31.981 hektar atau menempati
urutan ke-11 dari 18 jenis sayuran komersial yang dibudidayakan dan
dihasilkan oleh Indonesia. Produk bayam nasional sebesar 72.369 ton atau
rata-rata 22,63 kuintal per hektar.
1.3. Jenis Tanaman
Keluarga Amaranthaceae memiliki sekitar 60 genera, terbagi dalam sekitar
800 spesies bayam (Grubben, 1976). Dalam kenyataan di lapangan,
penggolongan jenis bayam dibedakan atas 2 macam, yaitu bayam liar dan
bayam budidaya. Bayam liar dikenal 2 jenis, yaitu bayam tanah (A. blitum
L.) dan bayam berduri (A. spinosus L.). Ciri utama bayam liar adalah
batangnya berwarna merah dan daunnya kaku (kasap).
Jenis bayam budidaya dibedakan 2 macam, yaitu:
1. Bayam cabut atau bayam sekul alias bayam putih (A. tricolor L.).
Ciri - ciri bayam cabut adalah memiliki batang berwarna kemerah-merahan
atau hijau keputih - putihan, dan memilki bunga yang keluar dari ketiak
cabang. Bayam cabut yang batangnya merah disebut bayam merah, sedangkan
yang batangnya putih disebut bayam putih.
2. Bayam tahun, bayam skop
atau bayam kakap (A. hybridus L.). Ciri - ciri bayam ini adalah
memiliki daun lebar - lebar, yang dibedakan atas 2 spesies yaitu:
1.
A. hybridus caudatus L., memiliki daun agak panjang dengan ujung
runcing, berwarna hijau kemerah - merahan atau merah tua, dan bunganya
tersusun dalam rangkaian panjang terkumpul pada ujung batang.
2. A.
hibridus paniculatus L., mempunyai dasar daun yang lebar sekali,
berwarna hijau, rangkaian bunga panjang tersusun secara teratur dan
besar - besar pada ketiak daun.
Varietas bayam unggul ada 7
macam yaitu; varietas Giri Hijau, Giti Merah, Maksi, Raja, Betawi, Skop,
dan Hijau. Sedangkan beberapa varietas bayam cabut unggul adalah
Cempaka 10 dan Cempaka 20.
1.4. Manfaat Tanaman
Bayam
merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan digemari oleh semua
lapisan masyarakat. Daun bayam dapat dibuat berbagai sayur mayur,
bahkan disajikan sebagai hidangan mewah (elit). Di beberapa negara
berkembang bayam dipromosikan sebagai sumber protein nabati, karena
berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizi maupun pelayanan kesehatan
masyarakat.
Manfaat lainnya adalah sebagai bahan obat
tradisional, dan juga untuk kecantikan. Akar bayam merah dapat digunakan
sebagai obat penyembuh sakit disentr. Daun dan bunga bayam duri
berkhasiat untuk mengobati penyakit asma dan eksim. Bahkan sampai batas
tertentu, bayam dapat mengatasi berbagai jenis penyakit dalam. Untuk
tujuan pengobatan luar, bayam dapat dijadikan bahan kosmetik
(kecantikan). Biji bayam digunakan untuk bahan makanan dan obat -
obatan. Biji bayam dapat dimanfaatkan sebagai pencampur penyeling terigu
dalam pembuatan roti atau dibuat bubur biji bayam. Ekstrak biji bayam
berkhasiat sebagai obat keputihan dan pendarahan yang berlebihan pada
wanita yang sedang haid.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
1. Keadaan angin yang terlalu kencang dapat merusak tanaman bayam
khususnya untuk bayam yang sudah tinggi. Kencangnya angin dapat
merobohkan tanaman.
2. Karena tanaman bayam cocok ditanam di dataran
tinggi maka curah hujannya juga termasuk tinggi sebagai syarat
pertumbuhannya. Curah hujannya bisa mencapai lebih dari 1.500 mm /
tahun.
3. Tanaman bayam memerlukan cahaya matahari penuh. Kebutuhan
akan sinar matahari untuk tanaman bayam cukup besar. Pada tempat yang
terlindungi (ternaungi), pertumbuhan bayam menjadi kurus dan meninggi
akibat kurang mendapat sinar matahari penuh.
4. Suhu udara yang sesuai untuk tanaman bayam berkisar antara 16 - 20 derajat C.
5. Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman bayam antara 40 - 60%.
2.2. Media Tanam
1. Tanaman bayam menghendaki tanah yang gembur dan subur. Jenis tanah
yang sesuai untuk tanaman bayam adalah yang penting kandungan haranya
terpenuhi.
2. Tanaman bayam termasuk peka terhadap pH tanah. Bila pH
tanah di atas 7 (alkalis), pertumbuhan daun-daun muda (pucuk) akan
memucat putih kekuning - kuningan (klorosis). Sebaliknya pada pH di
bawah 6 (asam), pertumbuhan bayam akan merana akibat kekurangan beberapa
unsur. Sehingga pH tanah yang cocok adalah antara 6 - 7.
3. Tanaman
bayam sangat reaktif dengan ketersediaan air di dalam tanah. Bayam
termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhannnya.
Bayam yang kekurangan air akan terlihat layu dan terganggu
pertumbuhannya. Penanaman bayam dianjurkan pada awal musim hujan atau
akhir musim kemarau.
4. Kelerengan lahan untuk budidaya tanaman bayam adalah sekitar 15 - 45 derajat.
2.3. Ketinggian Tempat
Dataran tinggi merupakan tempat yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bayam. Ketinggian tempat yang baik yaitu ±2000 m dpl.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Benih / biji yang baik untuk bertanam bayam adalah dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) berasal dari induk yang sehat,
b) bebas dari hama / penyakit,
c) daya kecambah 80 prosen, dan
d) memiliki kemurnian benih yang tinggi.
Disamping persyaratan seperti yang disebutkan diatas, benih / bibit
yang digunakan kalau bisa merupakan benih unggul agar nantinya tahan
terhadap hama dan penyakit.
3.1.2. Penyiapan Benih
Benih
Bayam sayur yang ditanam petani kebanyakan swadaya dari tanaman
terdahulu yang sengaja dibiarkan tumbuh terus untuk produksi biji.
Keperluan benih untuk lahan 1 hektar berkisar antara 5 - 10 kg, atau 0,5
- 1,0 gram per m2 luas lahan. Biji dipanen pada waktu musim kemarau dan
hanya dipilih tandan yang sudah tua (masak). Tandan harus dijemur
beberapa hari, kemudian biji dirontokkan dari tandan dan dipisahkan dari
sisa - sisa tanaman. Untuk memproduksi bibit bagi satu hektar kebun
yang berisi 25000 - 40000 tanaman, kemungkinan dibutuhkan sekitar 1 - 2
kg benih.
3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
Lahan untuk
pembibitan dipilih yang lebih tinggi dari sekitarnya dan bebas dari hama
dan penyakit tanaman maupun gulma. Pembibitan diberi atap plastik atau
atap jerami padi. Benih bayam disebar merata atau berbaris - baris pada
tanah persemaian dan ditutup dengan selapis tanah tipis.
3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan / Penyemaian
Dalam pemeliharaan benih / bibit perlu dilakukan penyiraman dengan
teratur dan hati-hati. Tanah yang digunakan juga perlu dipupuk agar
kesuburannya tetap terjaga. Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk
kandang. Setelah bibit tumbuh dan ada benih yang terserang hama /
penyakit maka perlu disemprot dengan pestisida dengan dosis rendah.
3.1.5. Pemindahan Bibit
Setelah bibit tumbuh berumur sekitar 7 - 14 hari, bibit dipindah-tanam
ke dalam pot-pot yang terbuat daun pisang atau kantong plastik es mambo
yang sebelumnya telah diisi dengan medium tumbuh campuran tanah dan
pupuk organik yang halus (1:1). Bibit dalam pot disiram teratur dan
setelah berumur sekitar 7 - 14 hari setelah dipotkan, bibit tersebut
telah siap untuk dipindah-tanam ke lapangan.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Sebelum pengolahan lahan dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu pH
tanah yang sesuai yaitu antara 6 - 7 sehingga perlu dilakukan pengukuran
dengan menggunakan pH-meter. Selanjutnya menganalisis tanah yang cocok
untuk tanaman bayam, apakah perlu dilakukan pemupukan atau tidak. Kapan
tanaman akan ditanam dan sebaiknya pada awal musim hujan atau akhir
musim kemarau. Berapa luas lahan yang akan ditanami dan akan melakukan
sistem polikultur atau monokultur. Dan berapa banyak kebutuhan benih
untuk dapat memenuhi produk bayam yang diinginkan.
3.2.2. Pembukaan Lahan
Lahan yang akan ditanami dicangkul / dibajak sedalam 30 - 40 cm,
bongkah tanah dipecah gulma dan seluruh sisa tanaman diangkat dan
disingkirkan lalu diratakan. Lahan kemudian dibiarkan selama beberapa
waktu agar tanah matang benar.
3.2.3. Pembentukan Bedengan
Setelah tahap pencangkulan kemudian dibuat bedengan dengan lebar sekitar
120 cm atau 160 cm, tergantung jumlah populasi tanaman yang akan
ditanam nanti. Dibuat parit antar bedengan selebar 20 - 30 cm, kedalaman
30 cm untuk drainase. Pada bedengan dibuat lubang - lubang tanam, jarak
antar barisan 60-80 cm, jarak antar lubang (dalam barisan) 40-50 cm.
3.2.4. Pengapuran
Apabila pH tanah terlalu rendah maka diperlukan pengapuran untuk
menaikkannya. Pengapuran dapat menggunakan kapur pertanian atau Calcit
maupun Dolomit. Pada tipe tanah pasir sampai pasir berlempung yang
pH-nya 5,5 diperlukan ± 988 kg kapur pertanian / ha untuk menaikkan pH
menjadi 6,5. Kisaran kebutuhan kapur pertanian pada tanah lempung
berpasir hingga liat berlempung ialah antara 1.730 - 4.493 kg / hektar.
Sebaliknya, untuk menurunkan pH tanah, dapat digunakan tepung Belerang
(S) atau Gipsum, biasa sekitar 6 ton / hektar. Cara pemberiannya, bahan -
bahan tersebut disebar merata dan dicampur dengan tanah minimal sebulan
sebelum tanam.
3.2.5. Pemupukan
Pemupukan awal menggunakan
pupuk kandang yang telah masak. Waktu pemupukan dilakukan satu minggu
atau dua minggu sebelum tanam. Cara pemupukan adalah dengan disebarkan
merata diatas bedengan kemudian diaduk dengan tanah lapisan atas. Untuk
pemupukan yang diberikan per lubanng tanam, cara pemberiannya dilakukan
dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang tanam. Dosis pemberian pupuk
dasar disesuaikan dengan jenis tanaman dan keadaan lahan. Akan tetapi
dosis untuk pupuk kandang sekitar 10 ton per hektar. Pemupukan per
lubang tanam biasanya diperlukan sekitar 1 - 2 kg per lubang tanam.
3.2.6. Pemberian Mulsa
Untuk memperoleh hasil produksi yang berkualitas baik maka di dalam
penanaman perlu dipasang palstik perak-hitam sebagai mulsa. Dengan
penggunaan plastik ini dapat mengurangi serangan hama dan penyakit
termasuk gangguan gulma dan lainnya.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Jarak tanam untuk tanaman bayam adalah antara 60 cm x 50 cm atau 80 cm x
40 cm. Jarak tanam tersebut dapat divariasikan sesuai dengan tingkat
kesuburan tanah dan jenis bayam sehingga populasi tanaman per hektar
berkisar antara 30.000 - 60.000 tanaman. Pola tanam untuk bayam cabut
adalah monokultur. Dalam satu hamparan lahan biasanya ditanam berbagai
jenis tanaman dengan pola mosaik (perca), yaitu berbagai tanaman ditanam
monokultur pada petak - petak tersendiri. Tanaman lainnya tadi antara
lain seperti kakngkung (darat), selada, lobak, paria, kemangi dan
sayuran lalapan lainnya.
3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dapat dibuat dengan menggunakan alat kayu dengan cara di
pukul-pukul sehingga membentuk lubang. Jarak antara barisan adalah 60 -
80 cm dan jarak antar lubang (antar barisan) 40 - 50 cm.
3.3.3. Cara Penanaman
Penanaman dapat langsung di lapangan tanpa penyemaian atau dengan
penyemaian terlebih dahulu. Apabila tanpa penyemaian maka biji bayam
dicampur abu disebarkan langsung di atas bedengan menurut barisan pada
jarak antar barisan 20 cm dan arahnya membujur dari Barat ke Timur.
Setelah disebarkan benih segera ditutup dengan tanah halus dan disiram
hingga cukup basah. Waktu penanaman paling baik adalah pada awal musim
hujan. Dengan penyemaian maka tanaman dapat tumbuh dengan lebih baik
karena benih diperoleh dengan cara seleksi untuk ditanam.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Apabila sewaktu menyebar benih secara langsung di lapangan tidak merata
maka akan terjadi pertumbuhan yang mengelompok (rapat) sehingga
pertumbuhannya terhambat karena saling bersaing satu sama lain. Oleh
karena itu perlu dilakukan penjarangan sekaligus sebagai panen pertama.
Apabila tanaman bayam dihasilkan dari benih yang disemai maka setelah
penanaman di lapangan ada yang mati / terserang penyakit, maka perlu
dilakukan penyulaman dengan mengganti tanaman dengan yang baru. Caranya
dengan mencabut dan apabila terserang penyakit segera dimusnahkan agar
tidak menular ke tanaman lainnya. Penyulaman dapat dilakukan seminggu
setelah tanam.
3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan
apabila muncul gulma tanaman Gelang (Portulaca oleracea) dan rumput liar
lainnya. Kehadiran gulma gelang dapat menurunkan produksi bayam antara
30 - 65%. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah. Alat
yang digunakan dalam penyiangan dapat berupa cangkul kecil atau sabit.
Caranya dengan dicangkul untuk mencabut gulma atau langsung dicabut
dengan tangan. Disamping itu pencangkulan dilakukan untuk menggemburkan
tanah.
3.4.3. Pembubunan
Proses pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
3.4.4. Perempalan
Apabila perawakan tanaman terlalu subur, mungkin perlu dilakukan
perempalan tunas - tunas liar dan pemasangan ajir / turus untuk
memperkuat tegaknya tanaman agar tidak rebah.
3.4.5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik, untuk tiap lubang
calon tanaman sekitar 0,4 - 0,8 kg. Dengan demikian kuantum pupuk
organik akan berkisar 15 - 30 ton. Untuk pertanaman di dataran rendah
bekas sawah, pupuk organik tidak diberikan, tinggi bedengan perlu
ditambah dan dalamnya parit antar bedengan perlu diperdalam. Pupuk
organik yang diberikan adalah pupuk N (Urea sekitar 250 kg / ha atau ZA
500 kg / ha) cara dilarutkan dalam air ± 25 gram / 10 liter air, TSP 300
kg / ha dan KCl 200 kg/ha. N diberikan dua kali, setengah takaran pada
waktu tanam dan yang setengahnya lagi pada umur 30 hari setelah tanam.
Apabila ternyata nanti pertumbuhan tanaman kurang subur, dapat
dipertimbangkan untuk memberi pupuk N susulan dengan takaran sekitar 125
kg / ha, interval sekitar 30 hari dan dihentikan 30 hari sebelum panen.
Pupuk P diberikan sekali pada waktu tanam, sedangkan pupuk K diberikan
dua kali, setengah takaran pada waktu tanam dan setengah lagi pada umur
30 hari setelah tanam.
3.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Pada
fase awal pertumbuhan, sebaiknya penyiraman dilakukan rutin dan
intensif 1 - 2 kali sehari, terutama di musim kemarau. Waktu yang paling
baik untuk menyiram tanaman bayam adalah pagi atau sore hari, dengan
menggunakan alat bantu gembor (emrat) agar air siramannya merata.
3.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida
Jenis pestisida yang digunakan untuk tanaman bayam adalah Dithane M -
45 dengan dosis 1,5 - 2 gram / liter air, Ambush 2 EC atau Lannate 2 EC
dengan konsentrasi 2 gram per liter air. Penyemprotan dilakukan dengan
menggunakan alat penyemprot berupa tangki sprayer. Cara penyemprotan
yaitu jangan dilakukan ketika angin bertiup kencang dan jangan menentang
arah datangnya angin. Jangan melakukan penyemprotan pada saat akan
hujan dan sebaiknya dicampurkan bahan perekat. Waktu penyemprotan
dilakukan pada pagi hari benar atau sore hari ketika udara masih tenang.
Hal tersebut untuk menghindari matinya lebah atau serangga lainnya yang
menguntungkan.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
1. Serangga ulat daun (Spodoptera Plusia Hymenia)
Gejala: daun berlubang - lubang. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
2. Serangga kutu daun (Myzus persicae Thrips sp.)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
3. Serangga tungau (Polyphagotarsonemus latus)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
4. Serangga lalat (Liriomyza sp.)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
3.5.2. Penyakit
1. Rebah kecambah
Penyebab: cendawan Phytium sp. Gejala: menginfeksi batang daun maupun batang daun. Pengendalian: Fungisida
2. Busuk basah
Penyebab: cendawan Rhizoctonia sp. Gejala: adanya bercak - bercak
putih. Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit rebah kecambah.
3. Karat putih
Penyebab: cendawan Choanephora sp. Gejala: menginfeksi batang daun dan
daunnya. Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit rebah kecambah.
3.5.3. Gulma
Jenis gulma: rumput - rumputan, alang-alang. Ciri - ciri: tumbuh
mengganggu tanaman budidaya. Gejala: lahan banyak ditumbuhi pemila liar.
Pencegahan: herbisida
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri bayam cabut siap panen adalah umur tanaman antara 25 - 35
hari setelah tanam. Tinggi tanaman antara 15 - 20 cm dan belum berbunga.
Waktu panen yang paling baik adalah pagi atau sore hari, saat suhu
udara tidak terlalu tinggi.
3.6.2. Cara Panen
Cara panennya
adalah dengan mencabut seluruh bagian tanaman dengan memilih tanaman
yang sudah optimal. Tanaman yang masih kecil diberi kesempatan untuk
tumbuh membesar, sehingga panen bayam identik dengan penjarangan.
3.6.3. Periode Panen
Panen pertama dilakukan mulai umur 25 - 30 hari setelah tanam, kemudian
panen berikutnya adalah 3-5 hari sekali. Tanaman yang sudah berumur 35
hari harus dipanen seluruhnya, karena bila melampaui umur tersebut
kualitasnya menurun atau rendah; daun - daunnya menjadi kasar dan
tanaman telah berbunga.
3.6.4. Prakiraan Produksi
Produksi bayam per hektar dapat mencapai sekitar 22.630 kg.
3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Pengumpulan dilakukan setelah panen dengan cara meletakkan di suatu
tempat yang teduh agar tidak terkena sinar matahari langsung, karena
dapat membuat daun layu.
3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran dilakukan dengan memisahkan bayam yang busuk dan rusak
dengan bayam yang baik dan segar. Disamping itu juga penggolongan
terhadap bayam yang daunnya besar dan yang daunnya kecil. Setelah itu
diikat besar - besar maupun langsung degan ukuran ibu jari.
3.7.3. Penyimpanan
Penyimpanan untuk menjaga kesegaran bayam dapat diperpanjang dari 12
jam tempat terbuka (suhu kamar) menjadi 12 - 14 hari dengan perlakuan
suhu dingin mendekati 0 derajat C, misalnya dengan remukan es.
3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan (pewadahan) dalam telombong atau dedaunan yang digulungkan
menyelimuti seluruh bagian bayam, sehingga terhindar dari pengaruh
langsung sinar matahari. Pengangkutan ke pasar dengan cara dipikul
maupun angkutan lainnya, seperti mobil atau gerobak.
3.7.5. Pencucian
Pencucian hasil panen pada air yang mengalir dan bersih, atau air yang disemprotkan melalui selang maupun pancuran.
3.7.6. Penanganan Lain
Bayam dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan. Sewaktu memasak
bayam ialah tidak boleh terlalu lama. Bayam cukup hanya direbus selama ±
5 menit. Memasak bayam terlalu lama akan menyebabkan daun-daunnya
menjadi hancur (lonyoh), rasanya tidak enak, dan kandungan vitamin C-nya
menguap (menghilang).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar